Pertama Kali, Festival Jegog Digelar Dianjungan Cerdas Rambut Siwi

Foto: Mangupura News
banner 468x60

JEMBRANA, MANGUPURANEWS – Pemkab Jembrana menggelar festival Jegog  di Anjungan Cerdas Jalan Nasional (ACJN) Rambutsiwi, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo. Festival selama tiga hari , ( 3-5 Desember 2019) , dibuka Kadis Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Adnyana. Pembukaan festival turut dihadiri Bupati Jembrana I Putu Artha, Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan , Forkopimda Jembrana serta masyarakat pelaku seni di Jembrana.

Tahun ini Pemkab Jembrana mengemas event Jegog ini agak berbeda. Selain pemilihan tempat di Anjungan Cerdas yang baru saja pengelolaan sementara diserah terimakan pemerintah pusat, juga kemasan eventnya  dengan konsep festival selama tiga hari. Tidak hanya menampilkan atraksi serta kemampuan seniman Jembrana memainkan alat musik Jegog, namun juga diisi dengan pameran jegog , workshop jegog  serta pamungkasnya akan ditutup dengan mebarung massal serta ngibing masal. Mengusung  tema tahun ini, “ the magic sound of west bali” ,  panitia berusaha mengakomodir keinginan berbagai pihak akan kemasan festival Jegog yang lebih baik sesuai hasil  focus grup discussion ( FGD ) yang digelar sebelumnya.

Bacaan Lainnya

Bupati Jembrana I Putu Artha mengatakan , festival Jegog tahun ini melibatkan kurang lebih 84 sekaa jegog dengan 2500 orang seniman. “ Melalui Festival Jegog  merupakan salah satu upaya kita melestarikan salah satu identitas budaya Jembrana. Kita juga ingin mengembangkan kreatifitas seniman melalui berbagai garapan komposisi, mendorong tumbuhnya ekonomi budaya sekaligus sebagai tontonan dan tuntunna bagi generasi muda untuk mencintai kesenian khas daerahnya, “papar Artha.

Bupati Artha juga berharap festival Jegog dapat menjadi event tahunan yang menggelorakan kehidupan budaya serta kepariwisataan di Jembrana. “ Kita sampaikan terimakasih kepada provinsi yang mendukung festival tahun ini. Kita ingin memberikan hiburan kepada masyarakat sekaligus menegaskan bahwa Jembrana adalah pusatnya Jegog,” kata Artha.

Sebagai daya tarik wisata, Artha juga ingin Jegog mampu menarik wisatawan datang ke Jembrana. “ Kita rencanakan Jegog akan rutin digelar dianjungan cerdas rambut siwi. Seminggu dua kali. Jadi wisatawan yang selama ini hanya melintas saja lewat Gilimanuk, bisa singgah dan datang ke Jembrana. Sehingga mereka tahu disamping Mekepung, Jembrana juga punya kesenian Jegog, “ terang Artha.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Wayan Adnyana mengapresiasi dan menyambut positif pelaksanaan festival jegog tahun ini. Jegog disebutnya warisan budaya tak benda, kaya akan nilai filosofis, sosilologis serta makna sejarah. Nilai itu sangat penting bagi Bali bahkan juga nasional. Sehingga dengan  terselenggaranya  festival  jegog Jembrana  tahun ini bisa mensosialisasikan  keadiluhungan nilai-nilai  jegog itu.

“ Jadi event ini sangat bagus , semoga bisa terselenggara secara kontinyu. Yang terpenting bagaimana kita bersama sama menjaga aset bangsa ini , diantaranya melalui penyelenggaraan event . Baik itu Pesta Kesenian Bali diProvinsi  maupun event skala nasional,  ditingkat yang lebih tinggi, “ ujar  Adnyana, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.

Festival hari pertama berlangsung meriah, menampilkan pementasan jegog tempo dulu dengan menampilkan tari ticak dayang yang dibawakan oleh Trah Kiyang Gliduh, sebagai  pencipta jegog di kabupaten Jembrana. Penampilan kedua diisi pementasan jegog kreasi oleh jegog Suar Agung  membawakan tarian makepung . Penampilan terakhir diisi dengan pementasan jegog kolaborasi yang dibawakan oleh Sanggar kumara widya suara SMPN 4 Mendoyo dengan mebawakan karya musik dan tarian jejangeran. Tarian ini  menggambarkan romantisme kehidupan anak-anak berkolaborasi dengan musik diatonis yang ditata dengan lagu pop bali sebagai interpretasi anak muda dengan olah vokal yang bernuasa kekinian.

Festival hari kedua dilaksanakan FGD jegog/Workshop jegog membedah  hal-hal yang masih belum terjawab  berkaitan dengan kesenian Jegog.

Sejauh ini,  Jegog masih  minim refrensi sehingga diperlukan banyak pembahasan dan ruang diskusi untuk menyempurnakan literasi. Workshop dihari kedua festival , menghadirkan narasumber Prof. Dr Gede Arya Sugiartha, S.Skar, yang merupakan Rektor ISI Denpasar dan dari kalangan seniman . Sedangkan malam harinya masih dihari kedua pelaksanaan ,  digelar pementasan jegog inovativ, kontemporer dan eksperimental.

Puncaknya   festival Jegog  Jembrana 2019 akan ditutup pementasan jegog mebarung masal, dengan joged masal dan pengibing masal.

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN JEGOG JEMBRANA

Kesenin Jegog adalah kesenian khas Jembrana,yang terbuat dari bambu berukuran besar. Gamelan Jegog pada awalnya dimainkan sebagai pengisi waktu pada saat petani menghalau burung di sawah dan pada kesempatan lain difungsikan sebagai sarana mengumpulkan warga masyarakat untuk melakukan kegiatan gotong royong. Setelah Jegog dijadikan ensambel oleh Kyang Gliduh sekitar Tahun 1926 gamelan Jegog dimainkan dalam bentuk  instrumental (versi Genjor)1930-1945, kemudian mengiringi pencak silat (versi Suprig) 1945-1965, dan selanjutnya kesenian ini dipergunakan untuk mengiringi tari-tarian (Versi Jayus) 1980an sampai tahun 1990 an.

Pada fase berikutnya jegog berkembang dalam bentuk kreasi dan meng-internasional dengan motor penggeraknya almarhum I Ketut Suwentra, SST., dibawah naungan Yayasan Suar Agung.

Perkembangan terakhir Jegog dikolaborasikan dengan gamelan Gong Kebyar serta difungsikan sebagai iringan Lagu Pop Daerah Bali.

Sumber literasi : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Jembrana, (MN/ABHI-HJ)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.